TRIBUNNEWS.COM, SURABAYA-Kondisi suku bunga bank yang meningkat membuat pasar properti menjadi lebih peka. Jika beberapa pengembang besar masih mengamati masa transisi dan nilai kredit untuk perumahan dan apartemen kelas menengah atas masih bergulir, kredit untuk rumah sederhana justru seperti menghilang.
CEO BNI wilayah Surabaya Dasuki Amsir mengakui jika kredit rumah melalui program Fasilitas Likuditas Pembiayaan Perumahan (FLPP) di wilayah Jatim sangat minim. Kecilnya jumlah kredit dari kelompok ini tak lepas dari kondisi di lapangan yang berbeda dengan kebijakan.
“Pengembang lebih memilih menjual rumah mengah ke atas karena perhitungan marginnya lebih menguntungkan, jadi untuk FLPP bukan kami tidak menyalurkan tapi di sini tidak ada pengembang yang membangun, jadi tidak ada yang mengajukan,” ujar Dasuki.
Head of Consumer R BNI Surabaya, Ryanto Wisnuardhy menambahkan harga rumah sederhana sesuai aturan FLPP, Rp 88 juta sangat sulit diwujudkan di Surabaya atau di kawasan sekitarnya. Dengan harga tanah yang mahal perumahan dengan harga seperti itu hanya bisa dibangun di kawasan pinggiran. Dampaknya pembeli juga kurang berminat.
“Kalau dibandingkan komposisi KPR rumah menegah atas dengan yang FLPP, ya jauh, kontribusi FLPP kecil sekali, hanya sekitar nol koma nol sekian persennya,” ujar Ryanto.
Ia menyebut progam FLPP yang diatur Kemenpera membuat BNI memasang batas bunga kredit flat 7.25 persen. “Kita lihat saja apakah Kemenpera membuat aturan baru terkait harga rumah dan suku bunga FLPP kalau kondisi BI Rate demikian,” tambah Ryan.
BNI Kantor Wilayah Surabaya saat ini menetapkan suku bunga KPR sebesar 9,9 persen di tahun pertama untuk suku bunga normal. Pemberian program flat bunga 9 persen hanya diberikan pada kondisi tertentu. Sedangkan suku bunga floating berikutnya berada di kisaran 13 persen.
“Sampai akhir bulan ini kami masih memiliki program flat 9 persen, saya kira bank yang lain juga hanya akan bermain di kisaran yang sama untuk menarik nasabah, tapi kalau ada yang masih berani memberi bunga flat lebih rendah ya justru perlu dicermati, bisa-bisa bunga floatingnya bisa sampai 15 persen,” ungkap Ryan. (Dyan Rekohadi)
Baca Juga:
1.143 Rumah FLPP Terjual di Pameran Rumah di Pontianak
Apersi Tunggu Realisasi Subsidi Uang Muka KPR FLPP
Pengembang Properti Tunggu Kebijakan Pemerintah
YOUR COMMENT