TEMPO.CO, Jakarta -Kementerian Perhubungan menyatakan studi kelaikan atau feasibility study rencana pembangunan Pelabuhan Cilamaya, Marunda. “Tahun depan dilakukan detailed engineering design (DED),” kata Direktur Jenderal Perhubungan Laut Kementerian Perhubungan, Bobby R. Mamahit, di kantornya, Rabu, 18 September 2013.

Ia mengungkapkan, pembangunan Pelabuhan Cilamaya dimulai pada 2015. Menurut Bobby, pelabuhan tersebut ditargetkan mulai beroperasi pada 2020. “Tapi tetap ada kemungkinan mundur, biasa lah,” ucapnya.

Bobby menambahkan  akan dilakukan tender untuk pembangunan pelabuhan itu. Ia berharap tidak ada right to match. “Karena nanti kalau tidak ada kompetitor, sulit untuk mencapai efisiensi,” ujar Bobby.

Asosiasi Logistik Indonesia (ALI) meminta pemerintah memisahkan pelabuhan ekspor dan impor di Jakarta untuk mengatasi permasalahan dwelling time (waktu bongkar muat). “Pilihan yang feasible yaitu pelabuhan ekspor di Marunda dan pelabuhan impor di Tanjung Priok,” kata Ketua Umum ALI, Zaldy Ilham Masita, Juli silam.

Opsi lain untuk mengatasi kendala dwelling time yang selama ini terjadi di Pelabuhan Tanjung Priok adalah pengoperasian Pelabuhan Cilamaya. Pembangunan dan pengoperasian pelabuhan tersebut dapat menekan biaya logistik karena lokasi yang dekat dengan pabrik-pabrik produsen barang ekspor di Cibitung dan Cikarang. Ia memprediksi Terminal Kalibaru dapat meningkatkan kapasitas lalu lintas truk pengangkut barang.

Zaldy mengungkapkan, saat ini Pelabuhan Tanjung Priok hanya dapat menampung delapan juta truk per tahun. Dengan adanya Terminal Kalibaru, kapasitas lalu lintas truk dapat ditambah menjadi 16 juta truk per tahun. Namun, Zaldy mengatakan, Terminal Kalibaru dijadwalkan baru beroperasi mulai 2017. “Selama empat tahun, akan ada terus masalah dwelling time,” ucapnya.

MARIA YUNIAR

Berita Terkait:

Pembangunan Pelabuhan Marunda Tunggu Izin Jokowi

Maret, Stasiun Kereta Merak Direlokasi

Maret, Pelabuhan Paciran-Garongkong Beroperasi

33 Pilot yang Di-grounded Sudah Terbang Lagi



YOUR COMMENT