TEMPO.CO, Jakarta – Manajemen PT Merpati Nusantara Airlines bekerja ekstra keras untuk mengurangi kerugian. Direktur Utama Merpati Asep Eka Nugraha mengatakan, untuk operasional, perusahaan menargetkan minus Rp 200-250 miliar dari kondisi sebelumnya minus Rp 300-400 miliar. Asep mengungkapkan hal itu seusai acara senam pagi bersama di halaman gedung Basarnas Jakarta, Sabtu, 14 September 2013.

Asep menjelaskan, ada dua faktor yang sangat menghantam biaya operasional saat ini. Yaitu, nilai tukar rupiah terhadap dolar Amerika Serikat serta harga bahan bakar. “Pelemahan nilai tukar rupiah berimbas pada kenaikan harga bahan bakar.”

Saat ini Merpati mengoperasikan 25 pesawat, termasuk sembilan jet. Jumlah tersebut dinilai Asep masih kurang. Perusahaan maskapai milik pemerintah ini memerlukan minimal 17 jet. “Untuk pilot, sekarang ada sekitar 380 orang, dan kebutuhan kami masih terus bertambah,” ujar Asep.

Asep menuturkan, perusahaan sedang membahas bersama PT Perusahaan Pengelola Aset (PPA) untuk merestrukturisasi utang. Rencananya, proses ini akan terdiri dari tiga tahap. Pertama, perseroan akan melakukan penyesuaian ulang rencana bisnis (readjusting business plan). Kedua, Merpati akan menentukan grand business plan. Dan ketiga, maskapai berpelat merah tersebut berencana memfokuskan penerbangan untuk wilayah Indonesia timur.

MARIA YUNIAR



YOUR COMMENT