TRIBUNNEWS.COM, BANDUNG – Bank Negara Indonesia (BNI) masih menahan diri untuk menaikkan suku bunga menyusul koreksi terakhir suku bunga acuan Bank Indonesia (BI rate) dari dari 7 menjadi 7,25 persen.
“Kami tidak sensitif. Kalau seperti itu (sensitif), banyak yang menjadi korban,” ujar CEO BNI Wilayah Bandung, Dhias Widhiyati, di Trans Luxury Hotel, Bandung, Senin (16/9).
Bahkan, kata Dhias, BNI belum meningkatkan suku bunga selama dua kali terjadi koreksi suku bunga acuan BI.
Dhias mengaku situasi itu tidak terlalu mengganggu ekpansi pinjaman atau kredit BNI. “Kami optimistis lantaran masih banyak sektor yang bisa kami biayai, terutama berkaitan dengan infrastruktur,” katanya.
Beberapa di antara proyek yang dibiayai BNI adalah power plant dan pembangunan jalan tol. Sektor lain yang dibiayai BNI adalah agrobisnis yang berorientasi pada padat karya, pembangunan double track (rel ganda), dan pembangunan gardu induk listrik.
“Proyek Telkom, PLN, dan Kereta api banyak sekali yang kami biaya,” ujarnya.
Menurut Dhias, kondisi dana BNI selama sembilan terakhir terbilang bagus. “Ada peningkatan 11-12 persen dibanding bulan Desember 2012. Pertumbuhan signifikan terjadi pada Mei dan Juni,” kata Dhias.
Sejauh ini, bunga tabungan atau deposit BNI berkisar 6-7 persen. Besarnya persentase bunga, ucapnya, tergantung kliring nominal dan jangka waktunya.
Apabila Kliring makin besar dan jangka waktu kian lama tingkat bunga juga semakin tinggi.
Sementara Regional Chief Economist BNI Wilayah Bandung, Rina Indiastuti, mengatakan tingkat inflasi berkisar 3-4 persen. Jika tingkat inflasi di atas angka itu bisa memicu semua biaya naik.
Menurutnya, dalam situasi seperti ini, perlu ada edukasi belanja terhadap masyarakat agar tak mudah tergoda banyaknya barang yang ditawarkan.
“Konsumen perlu rasional untuk membeli barang dibutuhkan bukan sekadar memenuhi keinginan,” katanya. (tom)
Baca Juga:
Empat Bank BUMN Klaim Tahan Krisis
BNI Segera Naikkan Suku Bunga
Oktober, ATM Sepeda Motor BNI Hadir di Makassar
YOUR COMMENT