Jakarta (Antara) – Bank Indonesia menilai usaha mikro kecil dan menengah (UMKM) perlu mengubah pola pikir dari sekadar mampu bertahan hidup menjadi memiliki jiwa kewirausahaan.

“Pelaku usaha perlu mengubah mindset dari sekadar mampu bertahan hidup menjadi enterpreneurial,” kata Kepala Divisi Kerja Sama dan Koordinasi Program UMKM Departemen Pengembangan Akses Keuangan dan UMKM BI Wini Purwanti saat dihubungi di Jakarta, Senin.

Wini menjelaskan, pelaku UMKM tidak sekadar memerlukan pembiayaan untuk menopang usahanya tetapi juga memerlukan bantuan dan bimbingan mengelola keuangan (financial assistance).

“Tidak hanya kredit, pelaku usaha juga perlu didampingi dengan peningkatan kapasitas UMKM itu sendiri. Bisa dengan bantuan kementerian atau lembaga lain misalnya,” ujarnya.

Menurut Wini, pelaku usaha membutuhkan peningkatan kapasitas kewirausahaan untuk dapat mengembangkan usahanya menjadi lebih besar.

“Pelaku usaha mikro memang memiliki permasalahan teknis seperti rendahnya kualitas SDM, kurangnya kualitas hasil produksi, minim inovasi dan teknologi, serta sedikitnya akses pemasaran. Dengan perubahan mindset, secara perlahan mereka bisa mengatasi masalah tersebut,” katanya.

Keempat masalah UMKM tersebut dapat mulai diatasi dengan mengubah mindset para pelaku usaha itu sendiri yang didukung oleh perbankan dan kementerian terkait, disertai bantuan permodalan.

UMKM selama ini memang dipersepsikan oleh perbankan sebagai sektor yang memiliki tingkat kelayakan yang rendah. Pembiayaan UMKM juga dinilai mempunyai risiko dan biaya transaksi tinggi.

Total kredit UMKM mencapai Rp583,74 triliun atau 19,46 persen dari total kredit perbankan per Juni 2013. Jumlah kredit UMKM terbesar pada Usaha Menengah sebanyak Rp300,86 triliun atau 51,4 persen dari total kredit tersebut. (ar)



YOUR COMMENT